Ukiran batu alam paras Jogja putih dengan motif wayang Duryudana
Wayang duryudana adalah karya seni tradisional yang menghadirkan keanggunan budaya Jawa ke dalam desain eksterior maupun interior. Motif Duryudana, tokoh antagonis dalam epos Mahabharata, ditampilkan dengan detail yang mendalam, menggambarkan karakteristiknya yang penuh wibawa, ambisius, dan penuh intrik.
Ukiran ini dibuat secara manual oleh pengrajin ahli, menonjolkan tekstur alami batu paras Jogja yang berwarna putih bersih, memberikan kesan mewah sekaligus natural. Setiap garis dan ornamen pada relief menampilkan nuansa klasik dan estetika seni wayang yang khas, menjadikannya pilihan sempurna untuk hiasan dinding, pilar, atau elemen dekoratif rumah, taman, maupun bangunan bertema tradisional.
Dengan daya tahan yang baik terhadap cuaca, ukiran batu ini tidak hanya bernilai seni tinggi tetapi juga fungsional dan tahan lama, mencerminkan perpaduan keindahan tradisional dengan kepraktisan modern.
- Pemesanan silahkan hubungi kontak kami.
- Melayani pengiriman ke seluruh Indonesia.
- dan juga melayani berikut pemasangan.
![]() |
Wayang Duryudana |
Relief wayang duryudana yang dibuat dari batu alam asal Gunungkidul, Yogyakarta, Yang disebut batu paras jogja atau batu paras putih.
Batu yang asli dari alam bukan sebuah batu cetakan. Corak warnanya pun kadang berbeda-beda, seperti ada semburat warna coklat, krem dan keabu-abuan jika batu dalam kondisi basah akan nampak jelas. Ketika batu sudah kering warna semburat akan tampak samar keputih rata.
Ada juga yang batu memang warna krem, dalam kondisi batu basah maupun kering batu tetap berwarna krem.
Jogja stone sendiri hanya menggunakan batu yang berkuwalitas dengan warna batu putih.
Batu yang bagus juga akan mempengaruhi hasil karya seni.
Relief duryudana tersebut dibuat dari batu putih dengan ukuran 80cm x 120cm ketebalan batu 8cm hingga bisa menghasilkan ukiran yang tampak jelas dan timbul.
Wayang Duryudana, Wayang Duryudono
Lihat juga Relief motif wayang yang lainya
- RELIEF WAYANG WISANGGENI
- RELIEF WAYANG SATYAKI
- RELIEF WAYANG ANTASENA
- RELIEF WAYANG ORANG SUMANTRI
- RELIEF WAYANG KRESNA
- RELIEF WAYANG SENGKUNI
- RELIEF WAYANG GATOTKACA
Sekilas kisah cerita tokoh pewayangan Duryudana yang diambil dari beberapa sumber.
Duryudana adalah putra sulung Prabu Drestarastra, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dari negara Gandaradesa (Plasajenar/Pedalangan Jawa).
Duryudana bersaudara 100 orang, 99 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, yang disebut dengan Sata Kurawa.
Diantaranya yang terkenal adalah ; Bogadatta, Bomawikata, Citraksa, Citraksi, Durmagati, Dursasana, Gardapati, Gardapura, Kartamarma dan Patiweya.
Duryudana berwatak jujur, mudah terpengaruh karena dungunya dan menyenangi sesuatu yang serba enak dan bergelimang dengan kemewahan.
Sebagai pimpinan/orang yang tertua dari keluarga Kurawa yang berdarah Kuru, Duryudana pun disebut dengan nama Kurupati.
Duryudana juga dikenal dengan nama Detaputra, Gendarisuta, Jakawitana dan Suyudana.
Duryudana menikah dengan Dewi Banowati, putri ketiga Prabu Salya dengan Dewi Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka.
Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh dua orang putra bernama ; Leksmanamandrakumara dan Dewi Leksmanawati.
Duryudana sangat lihai bermain gada, dan memiliki kesaktian kebal dari segala macam senjata berkat daya kesaktian Minyak Tala yang membaluri seluruh tubuhnya.
Duryudana gugur dalam perang Bhatarayuda melawan Bima.
Tubuhnya hancur terkena hantaman Gada Rujakpala.